Kebanyakan orang mungkin
lebih memilih untuk melamar kerja setelah lulus kuliah, namun tidak bagi saya,
Muhammad Ihsan yang biasa dipanggil Ison. Saya lebih memilih untuk menciptakan
lapangan pekerjaan bagi orang lain. Menjalani kuliah sambil melakukan kerja
sambilan membuat saya merasa cukup untuk kerja ditempat orang. Sebagai peran
utama dalam kehidupan saya, saya memilih jalan yang saya tentukan dan saya akan
mengupayakannya sesuai kemampuan terbaik saya agar menciptakan hasil terbaik
pula.
Bisnis dalam bidang kuliner memang menjadi pilihan
banyak orang untuk membuka usaha. Wacana ini memang sangat menarik, karena
kebutuhan akan makanan tidak dapat dipisahkan dari manusia tidak lain karena
itu merupakan kebutuhan dasar (pokok) manusia. Seiring dengan bergantinya
waktu, kebutuhan akan makanan juga dipengaruhi oleh gaya hidup. Semakin banyak tempat-tempat makan yang menawarkan menu-menu barat dengan
pengolahan cepat saji. Contoh ini dapat menjadi sebuah bukti bahwa gaya hidup
masyarakat kita telah banyak perubahan.
Mengapa kami memilih
untuk menjalankan usaha dibidang kuliner? Alasannya karena penggemar kuliner
itu sangat banyak, sehingga menciptakan peluang yang cukup besar. Selain itu,
usaha didalam bidang kuliner pun masih sangat berpeluang dalam bisnis. Apalagi
jika kita pandai berinovasi dalam menciptakan menu-menu yang akan membuat usaha
kita semakin bermacam varian produknya. Modal dapat kembali dalam waktu singkat
juga menjadi alasan dari kami untuk melakukan bisnis kuliner ini.
Maraknya pemain usaha
dalam bidang kuliner ini mencerminkan persaingan yang ada sangatlah ketat.
Banyak sekali usaha yang bermain dibidang kuliner yang dapat kita jumpai saat
ini. Rasa yang memiliki cirikhas dan citarasa yang unik akan menjadi buruan
konsumen.
Nah, melihat dari
beberapa kasus diatas, saya merasa terdorong untuk mendirikan sebuah usaha di
bidang kuliner dengan spesifikasi mie. Usaha yang saya rintis ini modal awalnya
tidaklah besar, hanya bermodal sebuah keyakinan dan dan keberanian untuk
memulai yang saya miliki sehingga dalam jangka waktu yang sangat singkat dapat
mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Banyak pengusaha sukses yang
mengutarakan dalam beberapa pelatihan yang pernah saya ikuti bahwa kesulitan
dalam berbisnis adalah memulai bisnis itu sendiri. Tetapi saya telah berhasil
menjalankan salah satu tahap yang merupakan langkah untuk mencapai kesuksesan.
Jika kita melihat
prediksi dimasa yang akan datang, bisnis kuliner akan tetap memiliki prospek
yang sangat cerah. Selain merupakan kebutuhan pokok manusia yang bersifat
primer, apabila positioning kita
cukup kuat di benak masyarakat maka akan dengan mudah kita memetakan segmentasi
sesuai target pasar kita.
Proses peracikan
berbagai varian menu selalu diawasi dengan seksama. Dimulai dengan memproduksi
mie sendiri, sehingga kami dapat mengontrol rasa yang kami kehendaki. Racikan
bumbunya pun kami padukan dari bahan-bahan yang tidak sedikit, sehingga dapat
menjadi rasa yang memiliki karakter didalamnya. Semua bahan yang kami gunakan
merupakan bahan-bahan alami tanpa bahan pengawet dan bahan – bahan buatan (zat
kimia adiktif). Semua proses tersebut kami lakukan untuk mempersembahkan yang
terbaik kepada seluruh customer kami yang loyal.
Agar produk yang kami
miliki memiliki karakter, maka kami membuat mie yang berbeda dari mie-mie
lainnya yang sudah beredar dipasaran. Kami mendesign produk baru, yaitu MIE PEDAS. Kami menganggap ini adalah
sebuah terobosan baru didunia kuliner. Karena MIE PEDAS ini menawarkan suatu
terobosan baru dengan memberikan rasa pedas yang berbeda dari produk-produk
sejenis yang telah ada.
MIE PEDAS ini adalah
mie yang kami produksi sendiri. Dari MIE PEDAS ini kami dapat diolah menjadi
beberapa olahan makanan yang berbahan dasar mie.
- Ceritakan sedikit tentang latar belakang bisnis yang
baru Anda rintis dan pencapaian selama ini?
Lapak
Nges-Nges pertamakali beroprasi pada akhir bulan Februari 2013. Setiap harinya
Lapak Nges-Nges sebagai outlet penjualan mampu menghabiskan sekitar 150-250
porsi mie. Dan mengantongi 1,5juta sampai 2,5 juta perhari.
Mie Nges-Nges
sendiri saat ini dibantu oleh 6 orang tenaga kerja, dengan Dalam periode bulan
Maret, Mie Nges-Nges mendapat liputan dari salah satu koran lokal Kota Semarang
yaitu Harian Barometer dan salah satu stasiun televisi lokal Semarang yaitu
Cakra Semarang TV. Memasuki bulan kedua, yaitu April 2013 Mie Nges-Nges
mendapat tawaran kembali liputan dari salah satu stasiun televisi nasional,
yaitu ANTV. Dan tayang dalam segmen feature
Program Topik Pagi dan Topik Siang pada tanggal 25 april 2013.
Hingga
saat ini terhitung telah 26 pihak yang telah berminat untuk menjadi mitra dari
Mie Nges-Nges.
- Apa yang telah Anda lakukan dalam mengangkat perekonomian
daerah Anda?
Dengan
memilih jalan sebagai pelaku usaha, maka kita telah mengurangi angka persaingan dalam jumlah pengangguran.
Pertama dari pelaku usaha sendiri yang tidak ikut bersaing dalam job fair
sebagai jobseeker. Serta menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang banyak. Untuk
usaha yang sedang kami jalani ini sebenarnya sangat membutuhkan banyak tenaga.
Tenaga bantu tersebut kami cari dari lingkungan sekitar lokasi lapak Nges-Nges
dengan tujuan untuk memberdayakan warga lokal. Diharapkan ke depannya, warga
lokal binaan Mie Nges-Nges tersebut bisa mandiri secara finansial atau bahkan
bisa mulai menjalankan bisnisnya sendiri.
Secara
tidak langsung, bisnis yang sedang kami rintis ini juga berkontribusi untuk
memperlihatkan kepada anak muda di daerah kami betapa pentingnya berpikir
kreatif dalam berbisnis. Karena bisnis tidak hanya sekedar memutar uang tapi
juga bagaimana bisnis yang dijalankan bisa bermanfaat bagi orang banyak baik
dilihat dari segi ekonomi, sosial, hingga budaya.
Aktif
dalam beberapa kegiatan komunitas lokal, baik yang bersifat komersial, hobi
ataupun sosial menjadi salah satu aktifitas yang dapat mengembangkan kemampuan
pribadi dan menularkan pemikiran-pemikiran kepada masyarakat.
- Apa motivasi Anda dalam mengikuti kontes ini, dan
kenapa Anda layak disebut sebagai ikon wirausaha muda di dunia startup dari
kota Anda?
Saya
senang berkompetisi. Iklim dalam kompetisi memacu saya untuk terus
memaksimalkan potensi dan menunjukan kemampuan terbaik saya. Ajang kompetisi
merupakan ajang pembelajaran. Apabila saya kalah dalam kompetisi berarti disana
menunjukan bahwa saya masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan para
pemenang, sehingga hal tersebut memacu saya untuk lebih banyak lagi belajar
agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Dan apabila saya memenangi kompetisi
ini saya berharap dapat berguna bagi banyak orang di kemudian hari.
Akan sangat egois rasanya
apabila kita hanya berfokus kepada kesuksesan diri sendiri. Dari sana saya
berangkat untuk memilih menjadi MAN OF VALUE, yaitu menjadi orang yang memiliki
nilai manfaat bagi orang banyak.
Saya melihat banyak UKM di
daerah Jawa tengah pada umumnya dan didaerah Semarang pada khususnya yang telah
menghasilkan banyak produk yang memiliki potensi. Namun mereka kurang fokus
dalam mengelola brand dan unit bisnis mereka. Berangkat dari latar belakang
sebagai lulusan Ilmu Komunikasi, saya berharap dapat membantu menularkan pemikiran-pemikiran untuk pengelolaan sebuah
brand.
No comments:
Post a Comment